Belum usai kesedihan Rasulullah kehilangan paman yang selalu melindungi beliau, Rasulullah harus menanggung kesedihan mendalam lagi karena ditinggal oleh Istrinya tercinta sang pelipur lara dan orang yang selalu memberikan dorongan dan dukungan di saat-saat kritis, dan menyokong penyampaian risalah dakwah yang begitu pahit dengan jiwa, raga dan hartanya yang melimpah.
Ummul Mukminin, Khadijah Al Kubra wafat dua bulan atau tiga bulan setelah meninggalnya Abu Thalib. Tepatnya, pada bulan Ramadhan tahun 10 kenabian dalam usia 65 tahun sedangkan Rasulullah pada waktu itu berusia 50 tahun.
Â
Sosok Khadijah merupakan sosok yang patut dijadikan teladan dalam berjuang dan berdakwah. Beliau tidak pernah putus asa dan menyerah dalam berdakwah bahkan beliau meninggal dunia Islam ada apa-apanya dan belum kemana-man tetapi perjuangannya akan selalu dikenang dan dicatat dalam sejarah Islam.
Dalam beberapa riwayat disebutkan Aisyah berkata, “Tidakkah aku cemburu kepada salah seorang istri-istri Nabi Muhammad sebagaimana kecemburuanku terhadap Khadijah. Padahal aku belum pernah melihatnya.”
Aisyah pernah cemburu karena Rasulullah selalu mengingat dan mengenang kebaikan dari Ummul Mukmimin, Khadijah Al Kubra hingga Aisya berkata, “Apakah tiada orang lagi selain wanita tua itu. Bukankah Allah telah menggantikannya dengan yang lebih baik?”
Â
Lalu, Rasulullah marah hingga bergetar rambut depannya karena amarah dan berkata, ” Dia telah beriman kepadaku saat manusia kufur (ingkar) kepadaku, dia membenarkanku disaat manusia mendustakanku, dia memberikan kepadaku hartanya disaat manusia tidak mau memberikannya kepadaku, Allah mengaruniaiku anak darinya sementara Allah tidak menganugerahkannya dari istri yang lain.”
Â
Referensi :
📖 Muhammad Sang Yatim ” Janji dan Kemenangan yang dinanti” karya Prof.DR. Muhammad Sameh Said
📖 Perjalanan hidup Rasulullah yang Agung Muhammad dari kelahiran hingga detik-detik terakhir karya Syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri