Kajian Rutin Az Zahra, Kisah Nabi Musa Dan Khidir Dalam Surat Al-Kahfi | Yayasan Fatimah Az Zahra Lampung
22256
post-template-default,single,single-post,postid-22256,single-format-standard,theme-stockholm,qode-restaurant-1.1.1,stockholm-core-2.3.2,woocommerce-no-js,ehf-template-stockholm,ehf-stylesheet-stockholm,qodef-qi--no-touch,qi-addons-for-elementor-1.6.2,select-theme-ver-9.3,ajax_fade,page_not_loaded,menu-animation-underline,header_top_hide_on_mobile,,qode_menu_,qode-single-product-thumbs-below,elementor-default,elementor-template-full-width,elementor-kit-31874,elementor-page-33071

Kajian Rutin Az Zahra, Kisah Nabi Musa dan Khidir dalam surat Al-Kahfi

Az Zahra Lampung

Az Zahra Lampung

IMG 6110

Kajian Rutin Az Zahra sabtu ini, pukul 07.00 wib membahas tentang kisah Nabi Musa dan Khidir yang diceritakan dalam surat Al-Kahfi ayat 60-82. Para peserta pun antusias mendengarkan pemaparan kisah yang dijelaskan oleh Ustadz Ageng Wigunantoro.

Peserta yang hadir merupakan para guru dan staf karyawan di lingkungan Yayasan Fatimah Az Zahra Lampung, orang tua/wali murid dari PG-TK dan SD Islam Az Zahra serta masyarakat umum kaum muslimin dan muslimat yang bersama-sama ingin memahami keislaman lebih dalam lagi.
Allah SWT tentunya tiada lain menurunkan Al-Qur’an agar menjadi petunjuk bagi orang-orang yang bertaqwa serta obat penyakit hati mereka. Harus kita yakini bersama, bahwa kisah yang dituangkan dalam Al-Qur’an bukanlah kisah biasa melainkan kisah terbaik yang didalamnya mengandung pelajaran, bagi orang-orang yang berfikir dan mempergunakan hatinya untuk mencapai hidayah Allah. Salah satu kisah yang terdapat dalam Al-Qur’an adalah kisah pertemuan antara nabi Musa As dengan Nabi Khidir As”.
Diceritakan pada suatu hari, seorang dari Bani Israil menemui Musa dan kemudian bertanya, “Wahai Nabiyullah, adakah di dunia ini orang yang lebih berilmu darimu ?” ujarnya. Tersentak, Nabi Musa AS pun jelas menjawab, “Tidak”. Tentu saja, siapa yang mampu menandingi ilmu Musa, utusan Allah kala itu. 
Sumber tuntunan agama dan sumber pengetahuan wahyu Allah ada di genggaman Musa. Ia memiliki Taurat dan beragam mukjizat dari-Nya. Namun, rupanya Allah memiliki hamba lain selain Musa yang lebih berilmu. Allah pun menegur dengan mewahyukan pada Musa bahwa tak seorang pun di muka bumi yang mampu menguasai semua ilmu. 
Tak hanya Musa, di belahan bumi lain pun terdapat seorang yang memiliki ilmu luar biasa. Ilmu itu tak dimiliki Musa sekalipun. Orang itu juga seorang Nabi. Mengetahui hal tersebut, sontak Musa pun ingin berguru pada orang tersebut. Ia bersemangat ingin menuntut ilmu dan menambah pengetahuannya.

Sesungguhnya teguran Allah SWT itu mencetuskan keinginan yang kuat dalam diri Nabi Musa AS untuk menemui hamba yang shaleh itu. Di samping itu, Nabi Musa AS juga ingin sekali mempelajari ilmu dari Hamba Allah tersebut. Nabi Musa AS kemudian menunaikan perintah Allah SWT itu dengan membawa ikan di dalam wadah dan berangkat bersama-sama pembantunya yang juga merupakan murid dan pembantunya, Yusya bin Nun. 
Mereka berdua akhirnya sampai di sebuah batu dan memutuskan untuk beristirahat sejenak karena telah menempuh perjalanan cukup jauh. Ikan yang mereka bawa di dalam wadah itu tiba-tiba meronta-ronta dan selanjutnya terjatuh ke dalam air. Allah SWT membuatkan aliran air untuk memudahkan ikan sampai ke laut. Yusya` tertegun memperhatikan kebesaran Allah SWT menghidupkan semula ikan yang telah mati itu. 
Selepas menyaksikan peristiwa yang sungguh menakjubkan dan luar biasa itu, Yusya’ tertidur dan ketika terjaga, beliau lupa untuk menceritakannya kepada Nabi Musa AS. Mereka kemudian meneruskan lagi perjalanan siang dan malamnya dan pada keesokan paginya. Ibn Abbas berkata, “Nabi Musa sebenarnya tidak merasa letih sehingga baginda melewati tempat yang diperintahkan oleh Allah supaya menemui hamba-Nya yang lebih berilmu itu.”.

Pejalanan melelahkan keduanya hingga mereka merasa lapar. Ketika Musa menanyakan bekal untuk makan, Yusya baru teringat pada si ikan. “Saat kita istirahat di batu tadi, sungguh aku benar-benar lupa mengabarkan tentang ikan itu. Tidaklah yang melupakanku untuk mengabarkannya padamu kecuali setan. Ikan itu kembali ke laut dengan cara yang aneh sekali,” ujar Yusya. 

Musa pun langsung mengetahui itu adalah sebuah tanda, “Itulah tempat yang kita cari,” ujar Musa bersemangat. Lupa sudah rasa lapar tadi, keduanya pun kembali ke arah semula tempat mereka beristirahat. Terdapat banyak pendapat tentang tempat pertemuan Musa dengan Khidir. Ada yang mengatakan bahwa tempat tersebut adalah pertemuan Laut Romawi dengan Persia yaitu tempat bertemunya Laut Merah dengan Samudra Hindia. 
Pendapat yang lain mengatakan bahwa lautan tersebut terletak di tempat pertemuan antara Laut Roma dengan Lautan Atlantik. Di samping itu, ada juga yang mengatakan bahwa lautan tersebut terletak di sebuah tempat yang bernama Ras Muhammad yaitu antara Teluk Suez dengan Teluk Aqabah di Laut Merah.

Ketika mereka telah Sampai pada tempat yang mereka tuju dan bertemu dengan sosok pria yang wajahnya tertutup sebagian oleh kudung. Sikapnya tegas menunjukkan kesalehannya. Pria itulah ialah Nabi Khidir AS. “Bolehkah aku mengikutimu agar kau bisa mengajarkanku sebagian ilmu di antara ilmu-ilmu yang kau miliki ?” ujar Nabi Musa AS kepada Khidir AS. 

Nabi Khidir AS menjawab,“Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan sanggup bersabar bersama-samaku”(Surah Al-Kahfi : 67). “Wahai Musa, sesungguhnya ilmu yang kumiliki ini ialah sebagian dari pada ilmu karunia dari Allah yang diajarkan kepadaku tetapi tidak diajarkan kepadamu wahai Musa.
Kamu juga memiliki ilmu yang diajarkan kepadamu yang tidak kuketahuinya.” Nabi Musa berkata, “Insya Allah tuan akan mendapati diriku sebagai seorang yang sabar dan aku tidak akan menentang tuan dalam sesuatu urusan pun.” (Surah Al-Kahfi : 69). Dia (Khidir) selanjutnya mengingatkan, “Jika kamu mengikutiku, maka janganlah kamu menanyakan kepadaku tentang sesuatu pun sehingga aku sendiri menerangkannya kepadamu.” (Surah Al-Kahfi : 70). 
Nabi Musa AS mengikuti Nabi Khidir AS dan terjadilah peristiwa yang menguji diri Musa yang telah berjanji bahwa Nabi Musa AS tidak akan bertanya mengenai sesuatu tindakan  Nabi Khidir AS. Setiap tindakan Nabi Khidir AS itu dianggap aneh dan membuat Nabi Musa AS terperanjat.

Peristiwa ketika Nabi Khidir AS menghancurkan perahu yang mereka tumpangi sehingga bocor. Nabi Musa AS bertanya kepada Nabi Khidir AS. Nabi Khidir AS mengingatkan akan janji Nabi Musa AS, dan Nabi Musa AS meminta maaf karena lalai mengingkari janji  untuk tidak bertanya mengenai tindakan Nabi Khidir AS. Ketika  mereka tiba di suatu daratan, Nabi Khidir AS membunuh bocah yang sedang bermain dengan teman sebayanya. 

Dan lagi-lagi Nabi Musa AS bertanya kepada Nabi Khidir AS. Nabi Khidir AS kembali mengingatkan janji Nabi Musa AS, dan beliau diberi kesempatan terakhir untuk tidak bertanya-tanya terhadap yang dilakukan oleh Nabi Khidir AS, jika masih bertanya lagi maka Nabi Musa AS harus rela untuk tidak mengikuti perjalanan lagi bersama Nabi Khidir AS. Mereka melanjutkan perjalanan hingga sampai disuatu Perkampungan.
Sikap penduduk Kampung itu tidak bersahabat dan tidak mau menerima kehadiran mereka, hal ini membuat Nabi Musa AS merasa kesal terhadap penduduk itu. Setelah dikecewakan oleh penduduk, Nabi Khidir AS malah menyuruh Nabi Musa AS untuk  memperbaiki tembok suatu rumah yang rusak . Nabi Musa AS tidak kuasa untuk bertanya terhadap sikap Nabi Khidir AS ini. 
Akhirnya Nabi Khidir AS menegaskan pada Nabi Musa AS bahwa beliau tidak dapat menerima Nabi Musa AS untuk menjadi muridnya dan Nabi Musa AS tidak diperkenankan untuk terus melanjutkan  bersama dengan Nabi Khidir AS.

Nabi Khidir AS menguraikan  mengapa beliau melakukan hal-hal yang membuat Nabi Musa AS bertanya. Adapun perahu itu adalah kepunyaan orang-orang miskin yang bekerja di laut, dan aku bertujuan merusakkan perahu itu, karena di hadapan mereka ada seorang raja yang merampas tiap-tiap perahu. 
Dan adapun bocah itu maka kedua orang tuanya adalah orang-orang mukmin, dan kami khawatir bahwa dia akan mendorong kedua orang tuanya itu kepada kesesatan dan kekafiran. Dan kami menghendaki, supaya Tuhan mereka mengganti bagi mereka dengan anak/bocah lain yang lebih baik kesuciannya dari anaknya itu dan lebih dalam kasih sayangnya kepada ibu bapaknya. 
Adapun dinding rumah itu adalah kepunyaan dua orang anak yatim di kota itu, dan di bawahnya ada harta benda simpanan bagi mereka berdua, sedang ayahnya adalah seorang yang saleh, maka Tuhanmu menghendaki agar supaya mereka sampai kepada kedewasaannya dan mengeluarkan simpanannya itu, sebagai rahmat dari Tuhanmu, dan bukanlah aku melakukannya itu menurut kemauanku sendiri. Demikian itu adalah tujuan perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat sabar terhadapnya”.
 
Itulah Kisah Nabi Khidir AS yang melakukan perjalanan bersama Nabi Musa AS dan semoga menjadi pembelajaran bagi kita semua. Aamiin . Ada beberapa hikmah yang dapat diambil dari kisah Nabi Musa dan Khidir yaitu :
1. Kuatnya keinginan Nabi Musa dalam menuntut ilmu, sehingga harus menjadi cerminan bagi kita semua umat manusia
2. Kemuliaan yang Allah berikan kepada penuntut ilmu, yakni salah satunya diangkat derajatnya oleh Allah
3. Sikap tawadhu/rendah hati dan tidak sombong menjadi syarat utama dalam menuntut ilmu
4. Tidaklah diperoleh ilmu, kecuali dengan kesabaran
5. Kesalehan Orang tua sangat berdampak bagi anak keturunannya

Berikut beberapa dokumentasi kajian Az Zahra sabtu ini :
IMG 6119

IMG 6136

IMG 6143

IMG 6156

IMG 6176

IMG 6178

IMG 6184

AZ ZAHRA NEWS

BERITA LAINNYA

Berita
SD

Berita
SMP